
Mengendarai Ombak Ekonomi Ekosistem
Tampaknya, dalam ekonomi ekosistem, hanya dua peran yang dapat kita pilih: pencipta dan peserta. Kita sebagai salah satu yang berperan serta aktif maupun tidak langsung dalam dunia bisnis dan ekonomi global dan lokal, perlu mangambil sikap dan memanfaatkan kesempatan ini.
Pencipta ekosistem jelas merupakan korporasi-korporasi super powerful yang menggetarkan dunia dengan ekosistem ciptaan mereka yang luar biasa impaknya. Contohnya adalah Tesla, Amazon, Apple, Kurig, Nespresso, Google, dan sebagainya.
Peserta adalah pemain-pemain kecil, sedang, dan besar yang memanfaatkan ekosistem-ekosistem tersebut. Dengan kata lain, mereka “ride the wave” alias “mengendarai ombak besar ala para surfer.”
Anda memilih untuk menjadi yang mana? Most likely, Anda dan saya masuk ke dalam kategori kedua.
Kita mempunyai kesempatan emas untuk “mengendarai ombak” ekonomi ekosistem ini. Sejak zaman dahulu kala, “pengendara ombak” ini sering kali malah lebih diuntungkan daripada “pencipta ombak.”
Sebagai contoh, di era Gold Rush alias Demam Emas di San Francisco pada tahun 1848 hingga 1855, siapa yang paling diuntungkan? Para pencari emas? Bukan.
Yang paling diuntungkan adalah para penjual pacul, ember, dan peralatan penambangan emas. Selain itu, para penjaja makanan, minuman, dan penyedia transportasi dan akomodasi juga sangat diuntungkan. Belum lagi para penyedia kebutuhan hidup sehari-hari seperti sepatu, pakaian dan jasa pemotongan rambut.
Jadi, jelaslah kita dapat mengais keuntungan lumayan dengan menjual jasa dan produk-produk pelengkap. Penjual asesoris HP dan laptop, misalnya, sangatlah diuntungkan dengan perkembangan gadget terkini. Sedangkan para pencipta ekosistem sendiri biasanya sudah “terlalu sibuk” dengan teknologi dan algoritma-algoritma yang berhubungan langsung dengannya.
Bagaimana Anda dapat mengambil keuntungan dari ekonomi ekosistem?
Satu, kolaborasi bermakna dengan pencipta ekosistem.
Facebook dan berbagai aplikasi dan media sosial ekoistem lainnya, misalnya, membuka diri bagi para developer.
Open source dan saling berkolaborasi merupakan mode kerja masa kini yang dapat dipastikan akan terus berjalan di masa depan.
Dua, sebagai “peserta” ekosistem, berbagai produk yang secara langsung memberi nilai tambah bagi produk-produk induk merupakan pilihan terbaik. Ini idealnya.
Namun jika kemampuan dan ketrampilan Anda terbatas, bisa saja Anda hanya menawarkan asesoris-asesoris ringan dan lucu, termasuk personalisasi produk secara unik.
Tiga, Anda dapat memilih untuk menjadi spesialis yang memotong beberapa ekosistem.
Misalnya, apabila firma Anda bergerak dalam bidang pembuatan aplikasi game mobile, bisa saja untuk beberapa ekosistem alias format.
Ada yang bisa dijalankan di sosmed, ada juga yang dijalankan sebagai aplikasi Android dan iOS. Demikian juga bagi produsen cartridge kopi untuk Kurig, Nespresso, Braun-It, dan sebagainya.
Empat, bisa juga Anda memilih untuk memberikan jasa bagi produk-produk atau turunan dari produk-produk hasil ciptaan ekosistem tertentu. Misalnya, sebagai bengkel agnostik, Anda bisa menerima perbaikan merek tablet, HP, atau mobil listrik.
Lima, kuasai regulasi dan aturan main ekonomi ekosistem.
Ini bisa menjadi kesempatan emas bagi para mediator, konsolidator, atau bahkan para pakar hukum karena aturan main ekonomi ekosistem masih merupakan lautan biru (blue ocean).
Akhir kata, banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk mengendarai ombak ekonomi ekosistem. Berbagai peluang dari yang paling membutuhkan transfer teknologi hingga yang hanya berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia merupakan kesempatan untuk berbisnis maupun sekedar berkarya.
Akhir kata, berbisnis dalam ekosistem tetap membutuhkan reminder bahwa manusia bukanlah sapi perahan. Ekonomi ekosistem dan berbagai unsurnya hendaknya tetap merupakan ekonomi sirkular terbarukan.
Silakan menikmati namun tetap membawa positivitas bagi peradaban dalam jangka panjang.