Masa Depan Dengan atau Tanpa Trump
Presiden Donald J. Trump sedang dalam proses dimakzulkan (impeached). Voting di tingkat House of Representative telah selesai. Sekarang tinggal menunggu hasil voting US Congress dan keputusan akhir US Senate.
Dua tingkat terakhir ini sangat menentukan hasil apakah Trump diturunkan dari posisi sebagai presiden negara adidaya AS ini atau tetap bertahan.
Mengingat dibutuhkan cukup banyak senator Republikan untuk mendukung pemakzulan ini di tingkat tertinggi, kemungkinan besar Trump masih akan bertahan minimal hingga akhir masa administrasinya yaitu 2020. Namun apapun hasil dari keputusan pemakzulan ini, pasti mempunyai ripple effect terhadap ekonomi global.
Satu, ada maupun tiadanya Trump, dedolarisasi akan terus berlangsung.
Jumlah USD hingga saat ini masih terus bertambah, mengingat USD tidak lagi menggunakan cadangan emas sebagai backup terhitung 1971. Jumlah USD sendiri di seluruh dunia mencapai 80 trilyun, menurut CIA World Factbook.
Mengingat sanksi-sanksi ekonomi dan cold trade war yang dipelopori oleh AS yang semakin memberatkan ekonomi dunia, sangat wajar apabila dedolarisasi telah berlangsung baik di China, negara-negara Arab (dengan Dinar), dan lainnya. Tujuannya tentu saja agar tidak ada ketergantungan akan mata uang USD.
Namun tentu saja AS tidak tinggal diam. Telah lama mereka diam-diam memasok emas (gold reserve). Menurut data akhir November 2019 dari Fiscal Treasury USA, total US government gold reserve mencapai USD 11 trilyun. Angka ini bisa jadi semakin meningkat pesat segera mengingat urgensi proteksi dollar.
Dua, ada atau tidak adanya Trump, terjadi perpindahan pusat teknologi dunia ke China.
Silicon Valley mungkin masih menjadi pusat teknologi AS, namun pusat teknologi dunia adalah China. Dengan teknologi yang didukung penuh oleh pemerintah China, tidak ada kata “tidak bisa” dan “tidak mungkin.”
AS masih berkutet dengan berbagai isyu mengapa 5G hanya dapat digunakan untuk kepentingan militer, sedangkan China dan Eropa telah menggunakannya untuk kepentingan bisnis dan publik. Dan teknologi AI (artificial intelligence) telah masuk ke dalam anyaman masyarakat demikian mendalam hingga terasa “organik,” sedangkan di AS, ini masih dirasakan sebagai sesuatu yang “baru” dan “eksklusif.”
Tiga, ada atau tiadanya Trump, resesi di AS bisa saja terjadi namun tidak lagi menjadi kekawatiran masal.
Kebijakan-kebijakan ekonomi Trump yang merupakan perpaduan antara trade war, tax reform, dan public benefit reform ternyata cukup mendukung perputaran roda ekonomi yang dibuktikan dengan pergerakan positif tanpa resesi. Terhitung Resesi 2008, telah lebih dari satu dekade AS tidak mengalami resesi. Tentu ini juga merupakan hasil kerja keras kursi administrasi Obama yang kini dilanjutkan oleh Trump.
Diperkirakan pertumbuhan PDB AS akan mencapai 2 persen di tahun 2020, sedangkan inflasi 1.9 persen. Angka pengangguran sangat rendah yaitu 3.5 persen, jauh di bawah perkiraan Federal Reserve 6.7 persen.
Bisa dibilang, pertumbuhan ekonomi AS mencapai tingkat Goldilocks economy alias “pas banget.” Namun tentu ini perlu diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang menstabilkan semua aspek ekonomi.
Kembali ke premis “pemakzulan Trump,” jika presiden berambut oranye ini ternyata dinyatakan bersalah dan diturunkan dari posisinya, yang jelas wapres Mike Pence akan menjadi penggantinya. Kebijakan-kebijakannya mungkin tidak berbeda jauh dari Trump, namun diharapkan ada perubahan dalam gaya diplomasi yang lebih luwes dan inklusif.
Sebagai petahana dalam pilpres 2020, Trump bisa saja bertarung melawan salah satu kandidat Demokrat yaitu Bernie Sanders, Joe Biden, atau Andrew Yang. Sanders yang sosialis demokrat berjanji akan membenahi sistem asuransi kesehatan dan memutihkan semua student loan. Biden “menjual” pengalamannya sebagai wakil presiden Obama. Yang mempunyai platform revolusioner yaitu universal basic income, yaitu pemerintah memberikan uang sejumlah tertentu kepada semua orang baik tanpa diskriminasi.
Akhir kata, AS tetap merupakan pemain penting dan ekonomi global. Kestabilan politik dan ekonomi mereka turut mewarnai kondisi ekonomi Indonesia. Mari kita doakan yang terbaik untuk semua.