Heboh Tik Tok>
                     </div>
                     <div class=

Heboh Tik Tok

TikTok. TikTok. Di mana-mana dan siapa saja bermain TikTok. Apa sih TikTok itu? Aplikasi lucu-lucuan untuk berjoget dan berdansa ria? No brainer benar ya.

Well, hebatnya hampir semua influencer dan media maven punya akun TikTok. Bahkan para petinggi juga tidak ketinggalan bermain TikTok.

Sebenarnya apa sih TikTok itu? TikTok adalah aplikasi media sosial berbasis video yang dirilis di tahun 2017. Yang telah didonlot lebih dari 2 miliar kali. (Bukan juta, tapi miliar.)

TikTok ini dimiliki oleh perusahaan asal Tiongkok bernama Byte Dance. TikTok mengakuisisi Musical.ly di AS yang merupakan aplikasi video lipsyncing sebesar USD 1 miliar. Kini hanya nama TikTok yang eksis.

Kekuatan utama TikTok adalah kemampuannya menjadi aplikasi asal China pertama yang berhasil menembus mainstream global. WeChat memang telah lebih lama populer di dunia, namun aplikasi itu terbatas pada diaspora Tiongkok.

SoftBank termasuk salah satu penyuntik dana TikTok. TikTok mempunyai omzet USD 17 miliar di tahun 2019 lalu dengan keuntungan bersih USD 3 miliar.

Populer di saat ini, namun TikTok sangat dihindari oleh pemerintah AS, para aktivis dunia cyber, dan CEO Reddit Steve Huffman. Huffman berpendapat dapat TikTok adalah spyware yang tidak pernah tidur. Menurutnya, TikTok selalu “on” mendengarkan dan mengambil data dari para pengguna.

Pemerintah AS sendiri menganggap TikTok “seberbahaya” Huawei karena kemampuannya dalam menyerap dan merekam data pengguna. Mengingat aplikasi ini dimiliki oleh perusahaan Tirai Bambu yang secara geopolitis berseberangan, pantas saja Trump berniat untuk melarang penggunaannya di Negara Paman Sam.

Di China sendiri, ByteDance bukannya tidak bermasalah. Di tahun 2018, mereka pernah dikritik oleh Pemerintah Komunis Tiongkok mengenai “konten vulgar” mereka yang dirilis di aplikasi Jinri Toutiao. Karena catatan buruk ini, TikTok hendak dipisahkan dari ByteDance.

TikTok juga telah mengundurkan diri dari pasar Hong Kong, mengingat Pemerintah China semakin ketat dalam hukum soal data pengguna dalam proteksi sekuriti nasional. Jadilah TikTok memilih untuk tidak berada di dalam jurisdiksi tersebut.

Di India, TikTok termasuk dalam 59 aplikasi asal China yang dilarang karena ancaman isyu keamanan nasional. Pelarangan ini bersifat sementara, karena Pemerintah India memberi kesempatan bagi aplikasi-aplikasi tersebut untuk membuktikan security and privacy compliance mereka yang sesuai dengan standar internasional.

Padahal, TikTok sendiri mengakui bahwa India merupakan salah satu pasar terbesar di luar China yang sangat potensial untuk digarap. Diperkirakan kerugian akan mencapai USD 6 miliar apabila mereka keluar dari pasar dengan 1,3 miliar penduduk ini.

Bagaimana TikTok dapat merebut lebih banyak pengguna di AS dan Eropa? Tampaknya salah satu strategi yang dapat mereka terapkan adalah menjualnya kepada perusahaan lain yang lebih diterima oleh pasar negara-negara Barat.

Namun pada akhir tahun 2019, gugatan hukum dikirimkan ke US District Court of the Northern District of California atas tuduhan pengiriman dan penyimpanan data pengguna AS di server China. Wakil dari TikTok menyangkal dengan mengatakan bahwa semua data pengguna asal AS disimpan di AS dan Singapura.

Diduga, data pengguna disimpan di dua server di China yaitu Bugly dan Umeng. Bugly dimiliki oleh Tencent dan Umeng merupakan bagian dari Alibaba Group. Namun sampai saat ini belum ada klarifikasi dari TikTok.

Sebagai bisnis inovatif, TikTok jelas punya beberapa saingan berat seperti YouTub Shorts, Facebook Lasso, dan Instagram Reels. Sebenarnya bagaimana business model TikTok yang membuatnya sangat sulit ditandingi?

Satu, konten tailored berdasarkan algoritma AI (artificial intelligence). Intinya, semakin lama pengguna menonton video-video TikTok, semakin banyak rekomendasi video serupa dengan scrolling. Beda dengan Netflix yang perlu dipilih.

Dua, TikTok membawa kultur “apa adanya” dengan “lugu” alias “silly,” bukan kultur serba mewah dan diedit habis-habisan seperti Instagram influencer. Para seleb TikTok hanya menjadi diri sendiri, tanpa Photoshop.

Tiga, TikTok punya UX (user experience) yang unik. Misalnya, ketika pengguna hendak Exit, akan ditanyakan dua kali dan ada satu video yang sengaja dimasukkan sebagai “permintaan maaf.”

Empat, TikTok menyisipkan video-video baru tanpa viewer dan tanpa komen. Ini membangun viewer bagi kreator-kreator baru tanpa pilih kasih.

Lima, TikTok mendapatkan revenue dari native ads. Dan para kreator konten tentu dapat menerima bayaran endorsemen sebagai influencer.

Hebohnya TikTok memang luar biasa karena memang model bisnisnya yang tidak biasa. Apa yang kita kenal dari platform-platform populer diputarbalikkan di sini. Dan native ads-nya pun unik sehingga tidak terasa sebagai iklan. Akhir kata, TikTok bisa terus berjaya sepanjang unsur-unsur geopolitik dan isyu keamanan data dapat diatasi