Enam Langkah Bisnis di Tengah Terancam Resesi>
                     </div>
                     <div class=

Enam Langkah Bisnis di Tengah Terancam Resesi

Dunia sedang memasuki resesi global, minimal inilah hasil pengamatan para ekonom. Lantas, apakah bisnis Anda akan segera merasakan imbasnya atau belum, tergantung sektor dan produknya.

Sebagai pebisnis, ada baiknya mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman resesi. Jauhkan perspektif “tidak berdaya” atau “itu urusan makro, bukan urusan kita.”

Indonesia juga diprediksi akan kena imbasnya. Tentu kita harapkan tidak seberapa besar.

Termasuk Indonesia, setiap pasar terdiri dari ribuan atau jutaan pelaku. Dan salah satunya adalah Anda sebagai pebisnis dan konsumen.

Ini berarti setiap aktivitas Anda punya imbas bagi kondisi ekonomi makro baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis sendiri merasakan secara langsung “countdown to recession” di bulan April lalu. Saat itu, penulis bekerja sebagai salah satu konsultan startup di San Jose downtown. Startup itu bergerak dalam bidang penyedia jasa rekrutmen developer IT dan data scientist.

Saat itu pasar rekrutmen AS masih relatif “hot” alias bagus. Proses rekrutmen secara umum masih baik, yang dapat dengan mudah diamati dari Indeed dan LinkedIn yang merupakan agregator dan tujuan posting vacancy terpopuler.

Anehnya, klien saya mengalami kebuntuan, alias kekurangan klien yang membutuhkan jasa rekrutmen IT dan data scientist mereka. Bagi para analis, ini adalah salah satu indikator betapa perusahaan-perusahaan telah mulai slowing down dalam rekrutmen.

Lantas, sebagai pebisnis langkah-langkah apa yang perlu diambil dalam mengantisipasi resesi global?

Satu, siapkan cadangan cash flow.
Ini bisa dilakukan dengan pengketatan budget, menambah kredit, maupun mempercepat pembayaran dari konsumen yang berhutang. Intinya, sedapat mungkin siapakan cash flow sebanyak mungkin untuk menghadapi “masa-masa lambat” agar bisnis dapat bertahan.

Dua, lakukan “stress test” dengan mereevaluasi SWOT.
Biasanya, SWOT dilakukan pada saat menuliskan business plan. Sebenarnya, SWOT juga sangat berguna sebagai “stress test.” Gunakan data terkini untuk mereevaluasi kondisi internal dan eksternal yang berpotensi membantu dan menyerang bisnis Anda dalam kondisi hipotesis resesi mendatang.

Tiga, fokus pada kekhususan unik bisnis Anda.
Prinsip 80/20 berlaku dalam semua bisnis, apapun bisnis Anda. Kenali sumber 80 persen omzet Anda dari 20 persen penjualan. Siapa mereka (klien) dan produk apa. Tingkatkan pemasaran di wilayah-wilayah tersebut.

Empat, buang “lemak” berlebih.
Idealnya, PHK pegawai tidak dilakukan. Namun ada beberapa jalan untuk “trim the fat” dengan mengurangi pengeluaran yang bisa ditekan atau disubstitusi dengan yang lebih murah.

Intinya, berbagai cara efisiensi dapat dilakukan tanpa mengurangi jumlah pegawai. Mengapa? Karena ekonomi makro butuh setiap individu untuk meningkatkan spending agar roda ekonomi kembali di atas. Dan ini hanya dapat terjadi selama setiap orang punya pekerjaan tetap.

Lima, perbanyak produk yang ditawarkan.
Diversifikasi produk dan price point perlu segera dilakukan untuk mendapatkan gambaran di titik apa para konsumen lebih nyaman mengkonsumsi. Produksi di titik tersebut dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan.

Enam, tingkatkan pemasaran, lead generation, dan closing.
Selagi masa pra-resesi, diharapkan banyak prospek yang sedang “menimbun” produk. Jadikan ini kesempatan untuk membangun basis klien baru atau mempertinggi sales dari klien yang telah ada.

Lakukan cross-selling, up-selling, dan down-selling tanpa sungkan. Bisa juga Anda gunakan narasi “bersiap-siap sebelum hujan” untuk membangun urgensi.

Konklusinya, setiap individu dan pebisnis punya andil dalam memastikan roda ekonomi bergulir ke arah positif. Ini dapat dilakukan dengan pengambilan keputusan yang tepat.

Bagi para pebisnis kontrarian, masa resesi malah merupakan salah satu variabel penting dalam meningkatkan aset. Pasang mata dan telinga dengan baik, agar Anda dapat secepatnya mengakuisisi aset-aset murah di era ini.

Selamat menghadapi era resesi global dengan berani dan positif.