
Ekonomi Kreatif karena Pandemi
Di era pandemi dan pascanya, perusahaan-perusahaan semakin menyadari pentingya peran departemen kreatif. Tanpa mereka, hampir mustahil berbagai aktivitas sehari-hari dapat berjalan lancar.
Misalnya saja, jika dulu kampanye pemasaran dengan publisitas hanya dijalankan beberapa kali setahun, kini dilakukan setiap hari melalui berbagai media sosial seperti Instagram, Twitter, YouTube, Tiktok, Facebook dan sebagainya. Dan ini membutuhkan tim kreatif yang luar biasa aktif dan prolifik.
Kelihatannya mudah membuat posting dengan kata-kata mutiara, foto-foto kegiatan, dan video-video singkat. Namun semua itu membutuhkan tim terdedikasi sehingga pesan-pesan branding tersampaikan secara menyeluruh tanpa terasa menikam.
Siap atau tidak, suka atau tidak, ekonomi kreatif telah masuk menjadi arus utama (mainstream). Jika Anda termasuk Generasi X yang agak sedikit “gaptek” dengan sosmed, biasakanlah dengan hidup dan bernafas dalam media-media sosial.
Kalau Generasi Milenial dan Generasi Z tidak henti-hentinya mengecek IG mereka dan seakan-akan hidup hanya untuk berselfie ria, inilah saatnya Anda menyelami bagaimana mereka mengambil keputusan konsumtif. Jumpai mereka sebagai konsumen di sana.
Kunci sukses branding via sosmed adalah memilih apa yang mau dimasukkan ke dalam ranah publik tersebut, karena tidak semua perlu disebarkan ke seantero jagad maya. Sebagai sosok yang tampil di sosmed, kita perlu tampak apa adanya, namun kita perlu memfilter dan meluruskan narasi versi kita sendiri.
Demikian juga dengan produk Anda. Buatlah narasi akan produk dan perusahaan Anda. Kembangkan dalam bentuk konten yang kontinyu, saling mendukung antar platform, dan adiktif.
Dengan kata lain, velositas kreativitas dunia bisnis kontemporer pasca kebenaran saat ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan kita membentuk narasi secara virtual. Dan ini adalah inti dari perubahan ekonomi kreatif di dalam dan pasca era pandemi.
Jadi, bagi para pekerja digital kreatif, ini adalah kesempatan emas untuk masuk ke arus tengah. Tidak lagi bekerja sebagai digital filmmaker, social media manager, Instagram copywriter, dan Facebook ad manager dipandang sebagai profesi kacangan dan sepele, karena sosmed dan Internet sudah merupakan cara paling jitu untuk bertahan di dunia bisnis.
Sebagai media distribusi, Internet merupakan instrumen yang luar biasa. Internet memberi kesempatan satu planet untuk berkomunikasi pada saat yang sama dengan sangat efisien dan cost-effective. Bahkan informasi dalam bentuk video pun dapat diunduh dengan jeda sangat minimal.
Ada beberapa strategi yang dapat Anda jalankan untuk bisnis Anda pasca pandemi dengan meningkatkan velositas kreativitas.
Satu, ubah mindset bahwa designer hanyalah supporting unit.
Steve Jobs pernah berkata bahwa desain itulah produk dan produk adalah desain. Tanpa desain dengan UX (user experience) yang sangat intuitif, sebuah produk hanyalah materi dasar yang dibentuk saja bagaikan seonggok batu yang diukir.
Produk dengan desain intuitif membutuhkan empati terhadap kebutuhan konsumen yang mendalam dan kemampuan menterjemahkannya ke dalam desain yang smooth dan flawless. Dengan UX design sebagai fondasi dari produk, dapat dipastikan pekerja-pekerja kreatif mempunyai posisi sangat menentukan arah bisnis. Jadi, sudah waktunya desainer mempunyai posisi penting dalam manajemen.
Dua, akses kreator konten kelas dunia.
Dengan akses global para freelancer kelas dunia, bisnis Anda dapat menggunakan jasa-jasa mereka yang telah terbukti berhasil membawa startup-startup ke posisi-posisi penting. Jadi, tidak ada lagi istilah “tidak ada pakar” karena kepakaran era sekarang bisa dengan mudah di-outsource secara lepas (freelance).
Namun ini juga berarti bahwa biaya produksi bisa meningkat sesuai dengan standar internasional. Jadi, biaya operasi desain tidak lagi mengikuti standar gaji Indonesia.
Tiga, gunakan aplikasi-aplikasi produktif dan skeduler versi terkini.
Ini termasuk yang khusus diciptakan untuk memproduksi video-video pendek versi Instagram dan Tiktok dan berbagai aplikasi skeduler agar akun sosmed Anda tidak pernah sepi. Hampir setiap hari, startup-startup baru bermunculan untuk memudahkan produksi dan distribusi konten di sosmed-sosmed popular. Leverage that.
Empat, distribusi kreasi bisa dijadikan kanal distribusi perpanjangan tangan produk atau produk tambahan.
Produk-produk tangible dapat dihubungkan secara mobile sehingga aplikasi dan situs pendukung merupakan perpanjangan produk atau produk tambahan (auxiliary product). Bahkan produk-produk pendukung branding pun dapat diproduksi dan didistribusikan secara online.
Ekonomi kreatif pasca pandemi bisa hampir dipastikan akan meroket, apalagi dengan tradisi remote working yang semakin umum. Digitalisasi semakin mendapatkan tempat dan ini berarti pekerjaan-pekerjaan kreatif juga semakin marak dan dihargai.
Intinya, apakah produk-produk Anda dapat dikirim secara digital? Jika belum, pikirkan caranya agar didigitalisasi semaksimal mungkin.