
Ekonomi Bertujuan Transendental
Pandemi Covid-19 merupakan alarm wakeup call bagi semua umat manusia. Alam sudah terlalu banyak dieksploitasi sehingga kerusakan planet telah cukup parah, maka terjadilah bentuk bencana alam, termasuk pandemi.
Kapitalisme murni merupakan sistem yang tidak lagi relevan. Perlu diimbangi dengan kesadaran tinggi akan sesuatu yang lebih besar, yaitu purpose alias tujuan yang transendental.
Tujuan suatu organisasi, termasuk yang bersifat mencari keuntungan seperti bisnis, sering kali mengabaikan “tujuan transendental”-nya, karena lebih mengejar omzet. Pada intinya, setiap stakeholder adalah manusia dan kita memiliki sisi spiritual.
Bukan dalam arti relijius-agamis, namun manusia sebagai satu keutuhan holistik, bukan dipisah-pisahkan antara kebutuhan materi, mental, dan spiritualnya. Dalam buku groundbreaking The Economics of Higher Purpose yang ditulis oleh Robert E. Quinn dan Anjan Thakor, mereka punya premis bahwa setiap bisnis telah memiliki fungsi otentik inheren tanpa perlu diciptakan kembali. Inilah fungsi transendental.
Kuncinya adalah bagaimana menggali kemampuan setiap individu yang terlibat secara otentik dan menjalankan setiap aktivitas bisnis dengan mengutamakan pemeliharaan Planet Bumi, kasih kemanusiaan, dan etika. Keuntungan pasti akan mengikutinya.
Jadi, dalam bisnis bertujuan yang transedental, setiap pegawai dipandang sebagai satu kesatuan, bukan hanya dua belah tangan yang digunakan untuk menjual produk. Mereka mempunyai harapan, kelebihan, dan kekuatan tersendiri yang mestinya dapat disintesa dengan tujuan perusahaan. Dalam suatu wilayah, sintesa bisa menjadi lebih luas dan solid.
Jika bisnis Anda masih belum mempunyai tujuan yang jelas, mulai rancang. Setiap organisasi yang mempunyai tujuan transendental yang jelas, ia akan mempunyai “jiwa” yang menjadi payung bagi kultur di dalamnya.
Satu, para manajer adalah konektor komunikator.
Dengan kesadaran bahwa setiap individu mempunyai fungsi unik dan holistik, maka manajer perlu mampu menerjemahkan bagaimana untuk mengoptimalkan output. Di sinilah peran sebagai konektor dan komunikator sangat berperan.
Dua, para pegawai adalah individu holistik.
Pandangan sempit dan negatif bahwa setiap individu hanya “mencari gampang dan enaknya sendiri” sudah sangat kadaluwarsa. Setiap individu punya aspirasi dan pemahaman diri spiritual yang beragam, namun mereka punya keunikan dan kelebihan yang dapat saling menunjang kerja tim. Para manajer perlu memiliki kemampuan untuk “menggali” dan mengoptimalkan potensi-potensi mereka.
Tiga, setiap keputusan diambil dengan mengindahkan tujuan transendental.
Setiap keputusan bisnis yang berhubungan dengan stakeholder eksternal maupun internal semestinya dipenuhi dengan spirit tujuan transendental. Pertama-tama, tanyakan apakah keputusan tersebut mempunyai dampak negatif terhadap bumi dan kemanusiaan. Apakah itu juga etis. Dengan setiap keputusan bisnis, kondisi planet dapat diperbaiki, bukan diperburuk.
Empat, proses belajar berkesinambungan dengan growth mindset.
Konsep growth mindset oleh Dr. Carol Dweck ini telah sangat populer di kalangan manajer dan edukator. Intinya adalah setiap insiden baik positif maupun negatif adalah kesempatan untuk belajar. Jadi, suatu kesalahan atau kegagalan merupakan instrumen pembelajaran.
Lima, mengingatkan terus akan tujuan transendental secara positif di dalam setiap stakeholder.
Suatu organisasi yang baik akan terus menebarkan kebaikan pada setiap stakeholder. Dengan membawakan tujuan transendental dalam setiap aktivitas, diharapkan spirit positif terpancar.
Ekonomi bertujuan yang transendental ini mungkin terdengar utopis, namun di era climate change ini sangat dibutuhkan. Sudah saatnya kapitalisme dan tujuan mengambil keuntungan setinggi-tingginya dengan modal serendah-rendahnya diganti dengan mazhab baru yang menjamin kesinambungan bumi, kemanusiaan, dan etika.
Umat manusia tidak akan dapat bertahan selamanya di Bumi, apabila ekonomi masih mengutamakan growth alias pertumbuhan dengan garis lurus ke atas. Kita dan planet tercinta ini hanya dapat bertahan apabila kita punya kesadaran akan apa yang kita perbuat punya dampak bagi keseluruhan bumi dan isinya.
Manusia adalah makhluk holistik dan transendental. Kita perlu selalu mengingatkan diri bahwa hidup kita tidak hanya dipenuhi oleh materi dan lahiriah. Kita adalah makhluk spiritual yang punya kebutuhan untuk selalu berevolusi agar menjadi makhluk yang lebih baik.
We transcend our limitations. Kita bisa melampaui keterbatasan kita. Seek within. Carilah ke dalam.