Dampak Virus Korona bagi Ekonomi>
                     </div>
                     <div class=

Dampak Virus Korona bagi Ekonomi

Pada saat artikel ini ditulis, Indonesia masih tergolong negara dengan sangat sedikit korban virus Corona atau Covid-19, yaitu baru dua orang. Itu juga sudah semakin membaik kondisinya. Namun tidak demikian dengan AS dan negara-negara lainnya.

Di seluruh dunia, korban virus Covid-19 ini mencapai 110.000 jiwa dengan yang terbanyak di China yaitu 80.000an. Database global yang dipegang oleh John Hopkins University mencatat lebih dari 53.600 kesembuhan.

Namun virus terus menyebar hingga mencapai lebih dari 5.000 kasus di Eropa, terutama di Italia, Perancis, Jerman dan Spanyol. Italia dan Iran telah mencapai masa krisis sehingga 300 juta anak sekolah diliburkan.

Korea Selatan sendiri sedang mengalami penularan masif mengingat kurangnya kerja sama beberapa penderita pertama. Dan ini merupakan pembelajaran yang mahal harganya untuk tidak terulang di manapun, termasuk Indonesia.

Di New York sendiri telah mencapai 4.000an kasus. Namun mengingat AS menganut sistem public health yang lebih terbuka daripada China, karantina dilakukan atas kesadaran pribadi, bukan atas mandat negara. Ini akan memperbesar kemungkinan AS mengalami penularan antar pribadi lebih cepat daripada di Wubei.

Dengan dunia semakin hiruk-pihuk virus Corona ini, ekonomi global kena imbasnya. Namun, seberapa besar?

Di AS, para ekonom New York Federal Reserve telah memprediksi penurunan PDB sebesar 1,7 persen di Q1 dan sedikit lebih besar di Q2. Ini mempercepat penurunan suku bunga oleh bank sentral sebesar 0.5 persen pada bulan Maret.

Di seluruh dunia, imbas virus ini akan mencapai USD 2,7 trilyun atau bahkan USD 3 trilyun. Penjualan otomobil di China secara keseluruhan, misalnya, telah menurun hingga 85 persen.

Pabrik-pabrik manufaktur di China sendiri yang merupakan sumber produk konsumen dunia telah banyak ditutup sebagai usaha karantina. Ini berarti produk-produk elektronik, onderdil, dan lainnya akan semakin langka apabila virus Covid-19 ini masih berkeliaran.

Dampak negatif terhadap ekonomi global memang akan terus bertambah dan efek serupa resesi telah mulai terasa oleh berbagai industri. Stock market juga telah merasakan dampaknya.

Sekarang, apakah resesi yang disebabkan virus Corona ini akan seburuk Resesi 2008?

Jawabannya optimis: Tidak. Efek Corona mungkin hanya akan terasa dalam beberapa bulan, satu dua kwartal, atau maksimal satu tahun setelah epidemi ini dapat diatasi dengan baik.

Dalam masa resesi satu dekade lampau, problem yang dialami termasuk hutang tidak terbayar dan angka pengangguran yang melangit. Dalam resesi Corona ini, dua elemen ini tidak tampak.

Di dalam masa Resesi 2008, indikator utamanya adalah pertumbuhan ekonomi yang minus. Saat ini, walaupun terdampak Corona, pertumbuhan ekonomi masih positif. Dan pabrik-pabrik manufaktur China telah mulai bekerja kembali secara bertahap, sehingga tidak ada stagnasi suplai berkepanjangan.

Kerugian besar memang telah dapat dideteksi dalam industri pariwisata, termasuk perhotelan, maskapai penerbangan, dan jasa-jasa turisme lainnya. Para turis asal China yang berjumlah lebih dari 100 juta orang akan membawa cancellation masif dengan kerugian trilyunan IDR.

Harga minyak sendiri telah turun 33 persen dalam dua bulan terahir akibat melemahnya demand dari kebutuhan minyak AS. West Texas Intermediate perusahaan minyak di negara bagian Texas bisa jadi perlu menyatakan pailit apabila harga minyak turun lebih dari USD 42 per barel.

Di Indonesia, berbagai proyek pembangunan juga telah terhenti sementara mengingat para insinyur dari China sedang mengalami travel ban dan berbagai materi impor juga sementara dihentikan. Proyek LRT Jakarta, misalnya, sementara terhenti lagi.

Imbas bergulung dari stagnasi tersebut akan membuka semakin besar kesempatan bagi bisnis-bisnis online, termasuk penjualan barang-barang konsumen, pendidikan, dan berbagai jasa jual-beli secara online. Berbagai bentuk paket stimulus dari pemerintah pusat berbagai negara juga telah dikucurkan untuk membantu industri-industri terdampak.

Lantas, bagaimana masalah resesi akibat Corona ini dapat diselesaikan secepatnya? Pemerintah setiap negara perlu segera memitigasi masalah epidemi ini agar prevensi dapat dijalankan dengan baik dan serentak.

Vaksin Corona yang masih dalam proses riset dengan subyek manusia diharapkan segera dapat dipasarkan sehingga epidemi Corona dapat dihentikan sebagaimana SARS, H1N1 dan berbagai jenis epidemi flu mengerikan sebelumnya. Ekonomi global niscaya berjalan lancar kembali.[]