Arah Masa Depan E-Commerce Indonesia>
                     </div>
                     <div class=

Arah Masa Depan E-Commerce Indonesia

Indonesia telah memasuki era baru e-commerce, yaitu m-commerce dengan nuansa Revolusi Industri 4.0 (RI4). RI4 sendiri mempunyai tiga pilar utama: robotics atau otomatisasi, artificial intelligence (AI), dan data analitiks.

Tiga elemen ini sudah terlihat dengan sangat jelas dalam bisnis-bisnis berbasis aplikasi dan web. Bahkan UKM-UKM juga telah banyak yang go internasional tanpa perlu biaya besar seperti di masa lampau.

Ya, bisnis berbasis aplikasi inilah arah terkini e-commerce teranyar Indonesia. Namun bagaimana dalam beberapa tahun di muka?

Pertama, dari back-end programming-nya, sudah jelas Indonesia akan graduate ke bahasa-bahasa coding yang semakin secure dan berbahasa manusia (NLP atau natural language programming), tidak semata-mata dengan PhP dan C++. Contoh NLP adalah MATLAB, R, Python, dan Java. Kini tidak perlu lagi seorang programmer komputer menguasai bahasa mesin yang membingungkan.

Mesin sudah semakin memanusia. (Semoga manusia semakin memanusia juga, bukan semakin menjadi robot.)

Berbagai secondary tools yang kini tengah trending banget di Silicon Valley adalah Appian dan PEGA. Para developer dua NLP ini sangat tinggi nilai bayaran per jamnya dan kebanyakan hanya para programmer India selain programmer dari dalam AS sendiri.

Kedua, aplikasi bisnis semakin intuitif penggunaannya. Setiap kebutuhan pasti dapat Anda cari aplikasinya. Dan setiap kebutuhan yang belum ada aplikasinya akan segera dibuatkan aplikasi.

Intinya, inovasi kini tidak membutuhkan ide-ide besar luar biasa. Hanya ide-ide kecil yang dapat memberikan solusi-solusi kecil yang meringankan hidup.

Ketiga, e-commerce Indonesia akan semakin berperan di dunia global electronic commerce dengan beberapa unicorn baru. Diawali dengan unicorn pertama Indonesia yaitu Gojek, mari kita amati siapa yang menjadi kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Global e-commerce sendiri akan mencapai USD 4,9 trilyun di tahun 2021. Dan bagian Indonesia mencapai USD 65 miliar di tahun 2020.

Menurut McKinsey, Blibli, Tokopedia, Bukalapak dan Lazada saja sudah mencakup USD 40 miliar. Angka fantastis.

Keempat, social commerce masih merupakan bentuk e-commerce yang digemari. Ini berarti para influencer di Instagram semakin makmur dengan berbagai endorsemen.

Sebagai konsumen, Anda akan semakin sulit untuk menilai mana yang “tulus” dan mana yang “dibayar.” Namun ini juga berarti semakin besar kesempatan memperkenalkan berbagai produk tanpa biaya promosi tinggi.

Kelima, imersif virtual reality (VR) shopping semakin marak. Kini adalah saatnya di mana film-film futuristik bukanlah lagi apa yang kita tonton di layar lebar.

Para konsumen akan sangat mudah berbelanja berbagai produk hanya dengan mengenakan kacamata VR atau meng-skan barcode di mana saja. Geografis bukan lagi merupakan masalah.

Hidup konsumen bukan lagi di dunia nyata, namun di dunia virtual yang telah overlap dengan dunia nyata. Masa depan telah tiba. Kinilah masa depan itu.

Keenam, ceruk B2B akan semakin populer, mengingat pasar ini adalah pasar “terselubung” dan membengkak mengingat semakin tingginya pebisnis alias entrepreneur yang sedang on the way ke 5 persen dari penduduk usia produktif. Meningkat dari angkat 3,1 persen di masa lampau.

Konklusinya, dunia bisnis di era IR4 sudah semakin mirip dengan kehidupan dalam bayangan para penulis novel-novel fiksi sains. Tugas kita adalah memainkan peran-peran futuris sebagai konsumen dan pemain sosial commerce yang cerdas dan cermat.

Internet super cepat dan kebijakan pemerintah pro-ecommerce akan sangat membantu kelahiran unicorn-unicorn asal Indonesia selanjutnya. Dan tentu saja, agar konsumen Indonesia juga semakin menikmati dunia bisnis maya yang semakin marak.