Afterpay di Era Pandemi>
                     </div>
                     <div class=

Afterpay di Era Pandemi

Tidak disangka, era pandemi Covid-19 ini malah membawa berkat luar biasa bagi Afterpay (AP) yang didirikan di Australia. AP adalah aplikasi yang mengatur fintech personal finance untuk transaksi pembelian dengan cicilan “buy now, pay later” alias “beli sekarang, bayarnya kemudian.”

Cara kerjanya simple. Begitu konsumen membeli suatu produk, Afterpay akan bayarkan dulu sehingga konsumen berhutang kepada mereka daripada kepada retailer. Dan konsumen dapat memilih untuk membayar dalam bentuk cicilan.

Saat artikel ini ditulis, pengguna aktif Afterpay mencapai 11,2 juta dan 63.800 merchant. Di tahun 2020, revenue AP mencapai USD 382 juta dan kerugian mencapai USD 16,8 juta. Ya, AP masih merugi. Namun ini bukan halangan berarti bagi salah satu unicorn termuda ini.

Afterpay sendiri didirikan pada tahun 2015 oleh dua co-founder bernama Nicholas Molnar dan Anthony Eisen. Nick adalah lulusan commerce dari University of Sydney. Anthoney Eisen adalah investment officer yang usianya hampir 20 tahun lebih tua dari Nick.

Juni 2017, AP merger dengan Touchcorp dan membentuk Afterpay Touch Group. Pada bulan November 2019, dinamakan ulang sebagai Afterpay Limited.

Nick-lah yang mempunyai visi untuk meremajakan institusi finansial konvensional yang telah lama kadaluwarsa. Kaum Milenial tampaknya telah jenuh dengan beban bunga kartu kredit, mengingat mereka dan orang tua mereka pernah mengalami Krisis Ekonomi 2008 yang mencekam dan mengubah pola pikir tentang uang dan personal finance.

Jadilah Afterpay bervisi mengubah landskap personal finance dengan mendefinisikan ulang institusi pemberian kredit dengan aplikasi dan aplikasi kredit yang simpel. Dengan lebih dari 10 juta pengguna, Afterpay juga telah dipilih oleh gerai-gerai favorit kaum Milenial, seperti Kylie Cosmetics, Adidas, Lululemon, Ray-ban, Urban Outfitters, dan sebagainya.

Selama lockdown, penggunaan kartu kredit Visa menurun 30 persen dari tahun sebelumnya. Penggunaan kartu debit relatif lebih baik, mengingat konsumen semakin “kapok” untuk menggunakan kartu kredit yang menyandera credit score mereka.

Pengguna Afterpay sendiri termasuk ber-credit score baik, mengingat 90 persen selalu tepat waktu dalam membayarkan cicilan bulanan. Afterpay mengeruk revenue dari late fees, yang mencakup 14 persen dari total income. Para merchant dikenakan 4-6 persen merchant fee, yang sebenarnya cukup tinggi dibandingkan dengan biaya merchant kartu kredit.

Yang membedakan Afterpay dengan kartu kredit konvensional adalah dikuncinya akses berbelanja konsumen ketika ada pembayaran yang terlambat. Jadi, selama pembayaran belum on time, mereka tidak bisa berbelanja lagi.

Ini membuat para pengguna Afterpay semakin berdisiplin dalam mengatur keuangan mereka dan tidak merasa “terjebak” bunga menggunung sebagaimana dalam kartu kredit. Dan pola pikir seperti inilah yang diharapkan oleh kaum Milenial.

Saat ini, ekspansi AP telah merambah ke USA, UK, dan Eropa. Di Australia, satu dari tiga kaum Milenial menggunakan AP minimal satu bulan sekali.

Di AS, AP memproses USD 4 miliar dalam 12 bulan terakhir, padahal tahun 2021 hanyalah tahun kedua mereka di Negara Paman Biden ini. Pengguna aktif AP di AS mencapai 3,6 juta sedangkan di Australia dan New Zealand mencapai 3,1 juta dan UK mencapai 0,6 juta.

Secara umum, kehadiran AP merupakan pukulan telak bagi perusahaan-perusahaan kartu kredit konvensional. Bagi merchant, AP juga membawa resiko macetnya pembayaran apabila konsumen gagal bayar. Mengapa? Karena AP adalah fintech yang tidak seberapa ketat diatur oleh regulasi perbankan.

Konklusinya, bisnis model fintech akan berkembang terus mengingat model bisnis industri keuangan konvensional sudah lama kadaluwarsa. Pola pikir dan pola hidup konsumen sudah berubah seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan fitness finansial, serta keamanan credit score untuk kebutuhan jangka panjang.

Fintech Indonesia idealnya memperhatikan kebutuhan-kebutuhan kaum Milenial yang semakin cerdas dalam mengatur keuangan dan menikmati kualitas hidup yang hassle-free. Ini merupakan kesempatan emas dalam membentuk model bisnis dan model revenue baru. Salam sukses.